The Kunyils Belajar Tidur Sendiri

Sejak minggu lalu, the kunyils berani tidur sendiri. Yes this is a milestone achieved for this year.

Sebenarnya usaha untuk membuat mereka tidur sendiri sudah kita mulai dari sejak jaman kita tahun terakhir tinggal di Belanda. Pakuban bela-belain menyisihkan sebagian dari keuangan kita yang super pas-pasan untuk membeli tempat tidur kayu tingkat. Dan Ibu juga sibuk cari dekorasi kamar, eheeem di toko bekas aja sih hehehe.

Dan juga berbekal, wejangan dari pihak GGD (tumbuh kembang anak), bahwa mereka sudah saatnya harus tidur sendiri, dan caranya adalah ketika mereka terbangun di malam hari, jangan pernah membawa mereka kembali ke kamar kita. Jadi kita yang harus ke kamar mereka, dan menemani mereka sampai tertidur kembali. Ok kita laksanakan.

Apakah berhasil? GAGAL TOTAL hahahahaha. Selalu rebutan dan berantem tentang penentuan siapa yang di atas, siapa yang di bawah. Semaleman mereka bisa 3-4 kali terbangun. Dan siapa yang paling pening kepalanya karena bolak balik bangun, ya ibu. Jadi aja pagi-pagi yang cranky malah ibu nya haha.

Ya udahlah, kita mah gak usah update ke pihak GGD ya, angkut balik lagi aja anak-anak tidur bareng di kamar depan haha.

Daaaaan sekarang, saat ini, disini, kita coba lagi dong. Awalnya saya kira bakalan penuh drama seperti jaman di Belanda dulu. Saya sudah menyiapkan hati seluas samudera, udah nyetok sabar selemari dan tentu saja panadol haha. Ealaaaah lah kok malah gak ada drama, semuanya semangat tidur sendiri. Pun gak terlalu perlu untuk ditemani sebelum tidur, cuma di puk-puk, diajak baca doa, selimutan, tidur deh. Daaaan anteng sampai pagi.

Huhuhuhu malah ibu nya jadi yang meloooooowwwww. Saya merasa tidak dibutuhkan lagi, huhu Kakak Adeeeeek.

Hehe ya gitulah yang namanya ibu ya. Sering bilang pengen me time berduaan sama pakuban, eh giliran udah bisa berduaan tanpa digempet-gempet malah melow. Kangen direpotin dan digempet-gempet sama anak dua unyils.

Menurut saya, untuk urusan tidur sendiri, memang kalau sudah waktunya, anak-anak siap, ya in syaa allah mudah pelaksanaanya. Saya memang termasuk ibu yang malah suka tidur bareng sama anak-anak, jadi mereka tidak saya biasakan tidur sendiri sedari kecil hehehe. Karena sebenarnya saya pun tidak pernah tidur sendiri sejak kecil haha, selalu bareng mamah papah, kecuali pas udah jadi anak kos. Itu aja saya pilih yang sekamar berdua hehe.

Eniwei,

Nah selain masalah memang waktunya yang sudah tepat, ada tips cara membuat mereka nyaman dengan kamar mereka, yaitu adalah dengan mengajak mereka “menyusun” kamarnya. Dari mulai memilih tempat tidur, sprei, meja belajar beserta lampunya, lampu tidur, semuanya mereka ikut terlibat untuk memilih. Sampai dengan penataannya. Walau tetap aja siiih kalau pilihan mereka gak jelas atau keinginannya gak karuan ya gak kita setujui, apalagi kalau milih sesuatu yang mahalnya kelewatan hehehehe. Isi kamarnya pun kita nyicil sedikit demi sedikit belinya.

Selain itu, mereka setiap hari setiap saat diomongin, bahwa this is about time for them to sleep in their own room.

Isi kamar yang paling pertama dibeli adalah meja belajar kakak. Beli di Informa, lagi sale 😅. Sebulan kemudian kita minta mereka untuk pilih lampu belajar dan lampu tidurnya, karena sekalian ngemol, belinya di Ace Hardware. Trus awal bulan September, kita mulai cari tempat tidur single, setelah beberapa kali pindah toko meubel dan liyat dari online shop, terpilih lah tempat tidur single, warna pink dengan hiasan heart warna putih. Lama juga nih datangnya, seminggu dari sejak pesan.

Trus, sesudah beres dipasang semua, kamarnya ditata ulang posisinya, biar bisa muat dua tempat tidur, satu meja belajar, satu lemari baju dan dua rak buku. Dinding juga dihias sedikit, tentu saja dengan peta haha. Dan kemudian saya membuatkan hiasan awan, tulisan jadwal pelajaran dan wise word tentang solat.

Seminggu kemudian, mereka saya ajak liyat online shop buat beli sprei yang mereka mau. Ini juga lama, karena made by order, baru datang seminggu sesudah pemesanan.

Mereka juga saya minta untuk menata buku-buku dan mainan masing-masing di rak mereka. Dan tentu saja kebersihan kamar, apalagi membereskan mainan adalah tanggung jawab mereka. Foto di atas masih belum seberapa, biasanya luar biasa berantakan 😅.

Intinya sih berusaha membuat mereka merasa memiliki kamar tersebut. Tidak perlu mengganti semua barang dengan yang baru, dengan mengatur ulang dan hanya membeli barang yang diperlukan pun sudah cukup menurut saya. Anak kecil itu in syaa allah mudah bahagia 😘

Begitulah sekelumit cerita dan sharing tentang mengajari anak-anak tidur sendiri. Semoga bermanfaat ya.

Membiasakan Anak Puasa

IMG_20160828_162218

Sebenarnya tulisan ini pengennya sih tayang di sekitar bulan Ramadhan lalu, tapi apa daya, suka gitu ya ngulet-ngulet aja di depan laptop, trus gak jadi nulisnya hehe.

Kembali ke topik yang mau saya tulis, yaitu mengajarkan anak untuk berpuasa. Kakak dan adek tahun ini mulai kita ajarkan untuk berpuasa. Dan ternyata suliiiit! Haha.

Dari sejak sebelum bulan puasa, anak-anak udah kita omongin tentang keharusan belajar puasa. Apa itu puasa, manfaatnya, pahalanya, sisi menyenangkannya, rasa lemasnya, saat sahur, berbuka, semua lah kita bahas.

Yang paling utama, saya dan pakuban tidak pernah memaksakan kepada mereka. Semua harus sesuai dengan tahapan umur dan kemampuan mereka. Tapi kita sebagai orangtua wajib mengajarkan dan mengajak mereka untuk melaksanakan segala perintah agama. Dan kita tidak menjanjikan reward apapun ke mereka kalau misal mereka bisa puasa penuh sampai magrib. Palingan saya tanya, mau buka pakai apa, dan saya usahakan untuk memenuhi keinginan mereka.

Saya dan pakuban juga sering menceritakan pengalaman masa kecil kita ketika mulai belajar puasa. Pun kita harus punya jawaban keren setiap kali mereka mengajukan berbagai pertanyaan lucu mengenai puasa.

Semisal, kenapa kok kalau kita gak mau  makan katanya ususnya nangis, sekarang malah disuruh gak makan sampai magrib, apa gak usus nya nangis goar goar buuuu? hahaha. Atau, bu, di surga juga kita masih harus puasa gak sih? Atau, pertanyaan paling dasar, kenapa sih kita harus puasa bu? Kenapa cuma di bulan ini aja? Kenapa di bulan lain gak harus puasa? Kenapa harus sampai magrib bu? Kenapa gak sampai subuh aja?

Hahaha pusyiiiing.

Jadi untuk puasa ini, sejak awal kita selalu bilang bahwa, yang paling penting adalah niat, dengan niat yang baik dan kuat, in syaa allah kuat. Kedua sahur, bangun sahur. Bangun sahur itu penting untuk kekuatan, dan memang disunahkan juga kan. Ketiga adalah kekuatan mereka, untuk pembelajaran awal ini, mereka boleh puasa sampai jam berapa pun, sekuatnya mereka.

Alhamdulillah kakak dan adek semangat semua, bangun sahur pun tidak sulit, rajin bangun semuanya. Kakak alhamdulillah bisa beberapa kali puasa sampai duhur dan asar, dan satu kali puasa sampai magrib. Kalau adek, hehehe jam 10 atau 11 udah resah dan gelisah hehe. Tapi trus dilanjut lagi puasanya.

Adek ini ya padahal kalau sahur selalu ikut makan, dan banyaaaaak. Hehe.

Paling geli sama kakak pas puasa sampai magrib.  Dari pagi sampai siang cerah ceria, menjelang asar udah lemes, pas abis asar hehe udah lemeees banget, udah gak bisa ngapa-ngapain kecuali nanyain “ini udah jam berapa bu”, diem aja. Duduk di depan tivi, main henpon, tiduran. Hahah gemessh.

Pas buka puasa, minum teh, makan tempe goreng 6 biji, trus lanjut makan nasi sama ayam goreng. Ceria dan bahagia. Alhamdulillah.

Hehe ternyata tidak mudah ya mengajarkan anak untuk berpuasa, semoga kita masih bisa bertemu Ramadhan tahun depan dan semuanya jauh lebih baik dari sekarang. Amiiin.

Menahan marah pada Adek

 

Akhirnya ketemu juga cara yang cocok buat saya untuk menangani saat Adek nangis, kesel, marah-marah dan bikin saya pengen teriak-teriak balik dan marah.

Ternyata ya, dengan kekuatan pikiran dan kalimat positif, alhamdulillah bisa terkendali, baik marahnya saya dan juga marahnya Adek.

Flash back sebentar ya.

Jadi, selama satu tahun terakhir ini saya sering kontemplasi, saya sering merasa menyesal ketika habis marah dengan anak-anak. Saya tidak memukul. Tidak. Namun, suara saya menggelegar, teriak, dan paling parah saya pernah membanting hp saya di depan anak-anak. Dan itu saya sesali terus menerus.

Tapi kok ya berulang lagi. Bukan banting hp nya ya, huhu rugi uy, hp nya rusak, hatinya menyesal, anak meraung-raung, ah gak ada bagusnya deh. Tapi marah-marah dan ledakan emosi masih saja terjadi. Pakuban sering mengingatkan, jangan marah-marah gitu lah, kasian anaknya, masih kecil-kecil kan. Huhuhuhuhuhu. Dan Pakuban bilang, anak-anak kita in syaa allah mau mengerti kok, bisa diberi tahu baik-baik, tanpa perlu bentakan.

Pun, dalam setiap sujud saya, saya selalu menyelipkan doa untuk hati saya. Agar.. ah tak perlulah doanya diceritakan yah, malu hehe.

Seiring waktu, alhamdulillah ketemu caranya. Terutama untuk mengatasi Adek yang juga masih sering meledak-ledak, sumbunya pendek kalau kata Tante Feby hehehe. Jadi caranya adalah, selalu berpikiran positif, mengajukan banyak pertanyaan, komunikasi, tatap matanya, dan memandangi wajah mereka lekat-lekat saat marah, dan buat saya it works loh. Jadi contohnya misal gini:

Adek pagi-pagi rewel, padahal bangun aja udah jam 6 pagi. Tapi rewel meraung-raung gak mau sekolah, maunya cuma satu, ikut ibu ke kantor! Mandi sambil nangis, ganti baju sambil nangis. Padahal sebelum ke kantor, saya juga harus mengantar Kakak sekolah. Lah riweuh pokoke. Bawaannya mah emosi. Rasanya pengen teriak, Adek diam, jangan nangis! Tapi tidak, yang saya lakukan adalah:

Memandangi wajahnya lekat-lekat, jadinya gemes pengen meluk.

Berpikiran positif, ini karena saking Adek sayang sama Ibu.

Komunikasi. Ibu tanya kenapa Adek mau ikut Ibu? aku gak mau berpisah dari Ibuuuuu! Kan berpisah cuma sebentar Dek, nanti sore in syaa allah kita ketemu lagi. Emang Adek gak kangen sama teman-teman Adek? Enggaaaaa! Bapak juga ikut bertanya, hari ini hari terakhir bayar piknik ke The Jungle loh, Adek mau ikut piknik gak? Maaauuuuuu! Berarti kalau mau harus bayar dong ke sekolah. Terdiam.

Diberi jeda waktu. Diajak sarapan, disuapin minum susunya. Duuuuuh gak sabar nyuapin minum susu padahal, atuhlah sesendok demi sesendok gituuuuu. Tapi Ibu harus tahaaaan. Ditanya-tanya, mau sarapan apa, cereal? nasi sama ikan? atau roti?

Pilihannya cereal. Dibikinin cereal, diajak duduk bareng di meja makan. Enak katanya ceralnya, diajak cerita nanti di The Jungle mau ngapain aja. Eh terus bilang, ah aku mau sekolah aaaah. Aku mau ganti seragam ya Ibuuuu.

Phewwwwwww. Alhamdulillah.

Tapi butuh usaha dan tekat yang kuat untuk selalu tetap bisa sabar sama anak-anak. Karena kami para orang tua, juga adalah manusia biasa, yang terkadang juga bersumbu pendek! Haha.

Happy parenthood everyone!

 

 

Yuk baca yuuuks

Saya paling suka membaca. Dari keciiiiiiil, sampai sesaat anak-anak saya lahir ke dunia ini.  Kalau setelah mereka lahir jadi jarang membaca, itu simply karena gak ada lagi waktu untuk membaca. Walaupun saya tetap rajin beli bacaan sih, macam buku parenting, mengasuh secara islami, buku resep masakan, tabloid dan lain lain, tapi tetap waktu saya membaca itu hampir tidak ada. Dan saat kami sudah pulang ke Indonesia, saat saya membongkar beberapa container di rumah, oh my GOD, ada beberapa buku yang masih utuh rapih dalam plastiknya, belum tersentuh sama sekali.

Flash back sebentar ya. Dulu waktu saya kecil, orang tua saya bukan penggemar membaca, tapiiiiiiiii mereka berdua selalu dan selalu membelikan saya dan kakak buku bacaan. Langganan majalah anak-anak juga semacam Bobo, Ananda dan Donal Bebek. Saya terkadang masih melow kalau ingat almarhum papah yang setiap saat habis dinas luar, selalu ada buku bacaan untuk oleh-oleh saya dan kakak. Niat banget gitu loh.

Belum lagi kalau musim libur tiba, kita sering diajak ke Gramedia di Matraman, boleh bebas pilih buku apa buat bacaan selama liburan. Dan koleksi buku kita amazing banget kalau saya inget sekarang ini. Tapi sayangnya hiks, sekarang entah ada di mana. Karena papah beberapa kali pindah tugas, jadi kita juga beserta barang-barang ikut pindahan kan, nah entah pas pindahan yang dimana, bebukuan ini lenyap semua.

Semua seri Tintin, Lima Sekawan, Malory Towers, Sikembar, Trio Detektif, kisah-kisah nabi.. belum lagi sebangsa ensiklopedia mengapa begini mengapa begitu, juga komik-komik Jepang masa lalu yang ceritanya bagus-bagus. Semua lenyap.

Ah sedih kalau ingat itu. Sedihnya itu, setelah saya menjadi orang tua ya, sesuatu yang kita berikan untuk anak kita itu biasanya sesuatu yang berharga, sesuatu yang spesial, ada pengorbanan dan perjuangan disitu. Ah terima kasih ya papah mamah.

Dan, saat saya besar, berlanjut nih kebiasaan membaca ini. Saya sering menyisihkan uang bulanan saya semasa kuliah, hanya untuk membeli buku atau pun majalah bekas. Kemudian, saat saya mendapatkan gaji pertama di tahun 2003, setengah gaji habis untuk membeli buku, sekitar 15an buku sekaligus saya beli waktu itu di Gramedia. Dan kemudian, selain baju, buku adalah barang kedua yang selalu saya beli. Bahkan ketika sekolah S2 di Belanda, dan sering ada kesempatan untuk berkeliling ke berbagai negara dan kota, saya selalu membeli satu buah buku dengan tema kota yang saya kunjungi tersebut. Dan alhamdulillah nya buku-buku saya semua masih tersimpan rapi di lemari mamah di Solo. Suatu saat nanti akan saya angkut balik semua ke rumah saya.

Nah sekarang setelah menjadi orangtua, saya dan suami sepakat bahwa buku itu penting. Anak-anak harus tersentuh oleh buku. Sampai saat ini saya tidak punya fanatik terhadap buku anak tertentu, apakah import atau lokal, sepanjang isinya bagus, harganya masuk akal dan sesuai umur mereka.

Bisa dibilang saya rutin loh membacakan cerita untuk mereka. Dulu saat di tinggal di Belanda sih, anytime yah, during daytime juga kadang kita kleleran sambil baca buku. Kalau sekarang sih seringnya pas mau tidur. Bukunya random banget lah. Mulai dari beberapa serinya Usborne, my little pony, kisah nabi, sampai majalah sekolah adek atau kakak. Apa aja kita baca pokoknya hehe.

Tadi siang ini juga, jalan ke Atrium Senen sama teman kantor, eh pas di lantai dasarnya lagi ada sale buku-buku Gramedia. Dapet lagi deh buku lagi buat anak-anak.

20180416_133640

Eh apalagi terus kenalan sama Rimbabaca.

Rimbabaca ini sebuah perpustakaan di daerah Jakarta Selatan. Pertama tahu dari Instagram. Terus ternyata mamah Najwa udah sering kesini. Trus kita janjian deh kesini.

Rimbabaca ini tempatnya nyaman banget. Luas. Lantai atas untuk buku-buku orang dewasa. Di lantai bawah buku untuk anak-anak, ada ruang musola, ruang anak-anak berkreasi juga dan ada tempat beli cemilan. Biaya jadi anggotanya adalah IDR 370.000,- per tahun per keluarga. Setiap kali peminjaman maksimal 5 buku untuk durasi satu minggu. Udah gak perlu bayar apa-apa lagi.

Buku-bukunya asli komplit, apa aja ada!

20180318_115855
ini ruang utama di bagian bawah untuk buku anak-anak
20180318_130820
asyik buka-buka bukuuuu.. yang serius baca cuma kakak aja sih hehehe

 

20180318_115936
ruang kreasi, dimana mereka bisa menggambar, mewarnai, main playdough

Begitulah.. karena seperti pepatah lama, membaca itu bagaikan membuka jendela dunia. Yuk membaca!

You’re the champ kakak! (sebuah kisah: kala belum bisa membaca)

IMG_20170104_154805
She, and her smile are my heaven. I love you beyond words kakak! (picture taken in Scheveningen, Den Haag)

Masih terngiang jelas kata-katanya, dan juga ekspresinya, saat tahu anak saya belum bisa membaca. Dan saya pun sungguh linu hatinya kala itu. Melihat Ina yang bingung dan terbata-bata “dipaksa” membaca papan pengumuman di stasiun kereta.

Memang Ina waktu itu belum bisa membaca ejaan dalam Bahasa Indonesia, di saat usianya sudah mendekati enam tahun. Bukan dia tidak bisa sama sekali. Dia bisa, tapi dalam ejaan belanda, dan baru sebatas kata yang terdiri dari tiga sampai empat huruf.

Bukan dia tidak mau belajar, dan bukan saya tidak mengajari, karena sulit mengajari Ina membaca dalam Bahasa Indonesia, sehari-hari dia menggunakan Bahasa Belanda bercampur Inggris, dan dia belum pernah sekolah sama sekali di Indonesia. Jadi setiap saya ajarkan membaca, akan jadi riweuh ketika dia bertanya “a” dalam Belanda apa Inggris ini? atau “i” dan “ei”. riweuhlah pokoknya. Jadi ya sudahlah, saya biarkan saja dia belajar membaca apa yang diajarkan di sekolah, jadi setiap kita belajar membaca ya disepakati ini kata dan ejaan dalam Bahasa Belanda.

Saya sampai curhat ke salah satu psikolog dan pengajar anak paling hits di Enschede Raya ini. Hihihi mamacih yaaa Mamah Tristan. Kala itu kata-kata dari beliau sungguh menenangkan jiwa. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa budaya pendidikan di Indonesia adalah anak harus sudah bisa membaca di usia sekian, namun yang paling tahu anak kita adalah kita sendiri. Kita sendiri pula sebagai orang tuanya yang lebih tahu mana yang terbaik buat anak kita kan. Jadi belum bisa membaca di usia kakak ini, bukanlah aib ya.

Dan yang harus kuat menghadapi terpaan omongan tentang hal ini bukan anaknya, tapi ibunya! Karena pasti yang “diserang” adalah ibunya!

Karena sudah pernah mengalami saat di Belanda dulu, alhamdulillah ya saat pulang ke Indonesia saya tidak pernah ambil pusing dan memikirkan komentar apapun tentang anak-anak saya yang belum bisa membaca. Dan alhamdulillahnya saya hanya menerima dua komentar tidak nyaman tentang ini.

Biarinlah belum bisa baca, tapi alhamdulillah mereka lucu dan imut hahaha!

Ketika pulang ke Indonesia, jujur saya takut sekali Ina akan ketinggalan pelajaran. Oh sebelumnya, saya harus mencari sekolahan yang menerima anak Kelas Satu yang belum bisa membaca. Alhamdulillah ada, dan dekat rumah.

Singkat cerita, kurang lebih dua-tiga bulan pertama, Ina sering diminta datang 15 menit lebih awal oleh guru kelasnya, untuk belajar membaca. Alhamdulillah dia berhasil! Saat UTS tiba, alhamdulillah nilai Ina juga bagus, alhamdulillah. Artinya adalah dia sudah bisa membaca dan menulis dalam ejaan Bahasa Indonesia, dan juga memahami pertanyaan dalam soal ujiannya.

Walau yah tentu saja banyak lah pertanyaan lucu seputar kata dalam Bahasa Indonesia yang dia tidak mengerti, dan selalu bikin saya keketawaan.

Nah pas UAS, karena saya alhamdulillah sudah mulai aktif ke kantor lagi, jadi Ina setiap pulang sekolah di daycare kan. Nah, saya setiap hari hanya membekali dia buku pelajaran untuk ujian keesokan harinya. Saya bilang, kalau dia harus baca dan belajar di daycare, baru malamnya nanti belajar sama Ibu.

Saya sudah pesimis, bahkan saya sudah bilang ke suami, mungkin nilai UAS Ina tidak akan sebagus UTS nya, karena dia belajar sendiri kan.

Setiap malam, kita belajar bersama, namun hanya dalam durasi satu dua jam kan. Dan saya sering terharu dan sedih, karena merasa kurang menemani dan membimbing Ina belajar. Ada satu hal yang selalu saya ucapkan ke Ina, bahwa apapun itu, yang paling utama adalah minta pertolongan sama Allah, juga saat ujian. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah harus berusaha, yaitu belajar. Dan akan sangat merugi kalau belajarnya  tidak benar, udah capek belajar, eh banyak lupa, eh nilainya jelek, atau salah tapi cuma satu.. rugiii kaaaaak.

Begitulah.

Sampai kemudian saatnya ambil raport. Dan ya Allah alhamdulillah, hasilnya beyond expectation! Nilainya hampir sempurna semuanya. Bahkan matematikanya 100! Walau di sekolah kakak tidak ada sistem rangking, tapi pencapaiannya kakak dituliskan dalam kolom prestasi akademik, bahwa kakak adalah Juara Satu di kelasnya.

Ah saya sungguh melted dan terharu!

Dia yang kecil mungil, yang cengeng dan gampang rewel, yang pernah diremehkan orang dewasa asli Indonesia kala di Belanda dulu karena tak bisa membaca, atas ijin Allah, kamu juara satu kakaaaaak!

It is still a long journey for her, and for us as parent, but this is trully a good start!

Liburan Keluarga = Sebuah Kebersamaan

wp-image--130154524
Pada suatu sore di Danau UI

Waktu itu pernah membaca suatu tulisan tentang liburan keluarga. Sepertinya di grup whatsapp, tapi saya lupa grup yang mana. Kebanyakan grup hehehe:-D

Jadi intinya gini, jangan terlalu bingung memikirkan kita mau liburan keluarga kemana, jangan pusingkan tujuannya, jangan mau liburan tapi harus menunggu tabungan banyak dulu misalnya, atau sengaja menunggu low season biar dapat tiket murah. Soalnya nanti malah gak jadi-jadi liburannya, dan waktu tiba-tiba berlalu begitu saja.

Jadi usulannya dari artikel yang saya baca tersebut adalah pergilah liburan kemana saja, dengan tujuan yang dekat dan sederhana pun tak masalah, yang terpenting adalah membangun ikatan batin antar anggota keluarga dan membuat kenangan indah untuk diingat oleh setiap anggota keluarga.

Yes! Ini cocok banget sama keluarga rustanto ♥

Dari sejak anak-anak masih kecil, setiap sabtu atau minggu kita selalu pergi keluar. Hmmm memang sih dulu cukup sering ke mall, main di indoor playgroundnya. Atau sekedar makan bakso di food court nya, hehe ini sih bapak ibu nya yang hobi mamam. Beberapa kali juga mengunjungi museum dan kolam berenang.

Namun, ketika kita tinggal di Enschede, untuk kegiatan ini sangat-sangat jauh lebih mudah, menyenangkan dan sangat irit! Bisa dibilang kadang kala kita bisa sama sekali tidak mengeluarkan uang. Karena misal hanya sepedahan ke kinderborderij (kebun binatang kecil) yang gratis masuknya, atau main ke taman bermain t’helal deket rumah, tinggal ngesot aja. Atau agak jauh dikit sepedahan ke arah city center lewat richtersbleek, ada juga taman bermain favorit kita. Palingan kita tinggal bawa bekal aja.

IMG_20160815_164313
Taman bermain paling dekat rumah Speeltuin T’helal

Terkadang, kita juga suka makan patat dan minum chocomel di centrum gede. Atau sesekali makan kebab di Palmiye depan Masjid Maroko. Sesekali juga ke Broasted Chicken, resto ayam goreng ala ala KFC tapi halal. Kalau lagi koopzondag, yaitu hari minggu di akhir dan awal bulan, centrumnya ramai sekali, ada beberapa permainan anak, semacam carrousel dan trampolin. Ina sangat suka bermain trampolin, dan dia bisa salto di udara seperti foto yang kanan bawah.

Dan yang cukup sering kita lakuin, seringnya sih kalau cuaca cerah dan cukup hangat ya ini, yaitu beli es krim dan duduk-duduk di bangku samping Lidl di winkelcentrum Twekkelerveld.

Dan yang membuat kenangan ini semakin indah untuk dikenang adalah kenyamanannya, kemana-mana tinggal naik sepeda atau jalan kaki, bergandengan tangan sama para unyils ini. Apalagi kalau cuaca lagi sejuk indah dan nyaman, duh selalu terselip rasa syukur tiada henti kepada Sang Maha Agung atas karunia dan kesempatan ini. Alhamdulillah.

Walau banyak juga perjalanan jauh yang kita tempuh untuk acara liburan keluarga ini, hihi tentu saja yang sesuai budget. Nanti saya juga akan mulai menulis tentang acara jalan-jalan kita yang berbudget.

Nah sekarang ini, kita sudah kembali ke Indonesia. Kami menetap di Sawangan, Depok. Seringnya kalau wiken super maceeets. Jadinya kemana dong Keluarga Rustanto?

Hihi ya seputaran sini aja. Yang penting kan kualitasnya. Salah satu tujuan yang hampir setiap minggu kita kunjungi adalah UI! Iyes di UI. Kadang Sabtu sore kita kesana, semua sepeda anak-anak diangkut. Atau kadang bawa juga roller skate nya. Palingan kita duduk-duduk dekat danau, ngobrol, ngemil bekal kita. Terkadang kalau ada abang es tong-tong, bolehlah mereka beli es. Bapak ibu kadang beli es kelapa muda, belinya gak di UI nya sih.

Saya sering membuat mie goreng, atau membeli cemilan semacam gorengan atau apa ajalah, pokoknya bawa bekal.

Sering juga Minggu pagi kita kesana. Kadang sekalian ikut mendengarkan kajian di Mesjid UI. Lumayan siraman rohani. Berangkatnya pagi nih, soalnya kajiannya jam 7an gitu. Perbekalannya komplit banget, saya sampai bawa termos segala haha. Bawa segala milo, energen, teh, gula, nasi telur, nasi mie goreng, macam-macam lah. Soalnya anak-anak sarapan disitu. Dari rumah mereka biasanya masih ngantuk.

Sesudahnya biasanya kita sering ke rumah orangtua PakUban di Ciracas. Lalu pulang ke Sawangan habis ashar. Kalau di rumah belum ada masakan, pernah juga kita mampir makan nasi goreng dulu.

img-20171127-wa0011541780525.jpg
Minggu pagi di sekitar Danau UI

Yah begitulah kegiatan liburan Keluarga Rustanto. Intinya kualitasnya, kebersamaannya dan kenangannya. Semoga Ina dan Farza memiliki kenangan yang indah akan perjalanan-perjalanan kecil mereka bersama bapak dan ibu. Aamiin.

Aku mau pergi dari rumah!

Ini adalah kalimat ancaman baru dari Farza setiap kali dia berantem sama kakaknya atau saya. Kalau sama bapaknya kayaknya jarang berantem dia.

Dapat dari mana kata ancaman itu? Huhuhuhu dari saya!! Jadi kalau mereka berdua lagi berantem, atau ada yang lagi marah-marah, saya sering bilang: aah udah deh ibu pergi aja, bawa koper ah, mau pergi.. sedih anaknya berantem terus..

Gitu!

Ealah lha kok ternyata malah diikutin sama Fardut. Huhu children see children do ya. Dan sekarang ini frekuensi dia mengeluarkan ancaman itu semakin sering dan lebih lebay dari saya. Wong dia sampai beneran ganti baju pergi, packing baju-bajunya, mainan, semua dimasukin ke tas, trus digembol sambil nangis meraung-raung. Perasaan saya saat itu antara ngenes tapi juga sekuat tenaga menahan tawa. Mukanya Farza ngegemesin banget, nangis sampai sampai mancung gitu bibirnya.

Kakaknya? Setiap ada kejadian begitu, alhamdulillahnya dia takut kalau adek nya beneran berani pergi. Sebuah indikator kalau dia sayang adeknya kan? Iya kaaan?

Kejadian paling lucu baru terjadi hari minggu kemarin. Dia berantem sama kakaknya, marah, ganti baju, packinglah dia. Padahal itu lagi hujan dan banyak gluduk. Dan berikut adalah percakapannya:

  • Aku mauu pergiiiiiii.. pokoknya aku pergi, gak mau di rumah, aku mau bawa selimut, tenda frozen dan bantal aku jugaaaaa.. pokoknya aku keseeeeel
  • (Dengan suara super lembut) Adek mau pergi kemana? Adek gak takut gluduk?
  • Takut, kan nanti bisa masuk ke rumah
  • Adek gak takut kalau adek pergi nanti kalau ada orang serem mau masukin adek ke karung gimana?
  • Ya kan nanti aku bisa teriak panggil ibu, kl ada orang serem

(Udah mulai curiga nih)

  • Trus nanti kalau adek lapar siapa yang tolongin adek?
  • (Sambil mingsek-mingsek alias tersedu-sedan) ibu kan yang tolongin, nanti aku bilang ibu kalau aku lapar
  • Emangnya adek mau pergi nya kemana siiihhhh?
  • Aku kan cuma mau di depan pintu, aku mau kemping pakai tenda frozenku.
  • oooooh gituuuu deeeek.. ya ya yaaaa

#sekuat tenaga jiwa dan raga menahan ketawa#

#bapaknya di ujung sana udah ngakak lebaaaar tak bersuara#

#the drama must go on kan ya dek#

Nanti kita update ya kelanjutan penanganan perilaku adek ini yang nyata terpengaruh gegara omongan ibu.