February, 2019.

Setelah ribuan purnama hibernasi di walanda, santai banget hidupnya selama tiga tahunan, urusan hanya seputar anak-anak, pakuban, rumah, sedikit drama dan katering dan ngajar, yang sungguh sangat rileks. Alhamdulillah.
Dan akhirnya sekarang saatnya kembali lagi ke dunia nyata. Senang kok, engga sedih hehe, so excited malahan, karena udah lama gak site visit, jadi agak-agak kayak malah menunggu momen ini. Alhamdulillah sama Pakuban diijinkan, dan mamah juga bersedia ke Depok, jadi bisa jagain anak-anak. Alhamdulillah, sungguh tanpa ridho dari Pakuban, apalah saya ini :).
Site visit kali ini, harus bepergian selama seminggu full, dari Senin-Minggu ke sebuah lokasi terpencil di Kalimantan Tengah. Mengunjungi sebuah power grid di tengah hutan belantara. Perjalanan kesana membutuhkan waktu dua hari. Dari Jakarta ke Banjarbaru, Banjarbaru ke Muara Teweh, dan dari Muara Teweh ke lokasi.
Jakarta ke Banjarbaru, naik pesawat paling pagi. Sampai Banjarbaru jam 10 pagi, jemputan dari perusahaan klien sudah datang, trus bersama rombongan, mamam dulu dong di Banjarbaru, tentu saja menikmati soto banjar dan ketupatnya yang hits ituh. Ya Allah enak banget, tambahan perasan jeruk nipisnya menambah kelezatan.

Dari Banjarbaru, lanjut ke Muara Teweh dengan perjalanan darat selama kurang lebih 10 jam sajah. Lumayaaaaan. Tapi saya cukup menikmati perjalanannya. Senang aja melihat rumah-rumah, pertokoan, trus kadang-kadang ada sungai, sedikit hutan-hutan, padang ilalang. Belum lagi jalanan yang kecil, dan sedikit berkelak kelok naik turun plus kalau papasan sama truk-truk pengangkut kayu atau bahan bakar, wuiiiiih tegaaaang.
Selama perjalanan sempat berhenti beberapa kali, saat duhur kami berhenti di kabupaten, hmm saya lupa namanya hehe, tapi di dekat mesjid tempat kita sholat, ada beberapa rumah yang megaaaaah banget, macam rumah-rumah di Pondok Indah. Takjub banget lah saya. Bahkan awalnya salah satu dari rumah itu saya kira adalah kantor kabupaten, abis pagarnya wuiiiiiiih mewaaaaah, kereeeeen, dan guedeeee buangeeets, ternyata itu rumah man! Dan kalau kata pak supir nya sih, itu rumah-rumah para pengusaha sukses batu bara. OOoooooooooooh (pantesan).
Pemberhentian selanjutnya adalah setelah waktu ashar, di warung kecil yang menjual segala gorengan, dan minuman segar. Bener-bener warung kecil, tapi pengunjungnya rameee bangeeetss. Katanya yang paling hits ada gorengan pisangnya. Tapi menurut saya kayaknya biasa aja, malah saya jatuh cinta sama sebuah kue yang dijual disitu, terbuat dari pisang juga, semacam kue talam, entah namanya kue apa, enaaaak banget, manis legit dan lembuut. Trus lanjut lagi. Sampai menjelang magrib kita berhenti lagi di rumah makan, buat makan malam. Menu standar, nasi ayam goreng. Udah mulai capek banget nih rasanya.

Trus lanjut lagi, wuiiiih udah mulai gelap gulita, dan sudah semakin sepi, dan jarang pemukiman penduduk. Plus tak ada lampu jalan. Kalau menengok keluar jendela, sungguh seperti kegelapan absolut, sama sekali gak ada titik terang. Sampai akhirnya, sekitar jam 10 malam sampailah kita di Muara Teweh. Surprisingly, ini kota nya besar yaaaaa, tampak cukup maju dan banyak lampu-lampu, terang.
Kita menginap di hotel JnB. Alhamdulillah lumayan bagus dan bersih hotelnya. Setelah urusan check in beres, alhamdulillah bisa istirahat, karena besok masih lanjut perjalanannya ke site, dan naik speed boat!
Besok paginya, jam 8 pagi kita semua udah beres siap menunggu jemputan yang akan membawa kita ke pangkalan speed boat. Kita akan menyusuri Sungai Barito dan kemudian berbelok ke Sungai Karendan, selama kurang lebih 3-4 jam, tergantung tinggi air sungai.


Persiapan di pangkalan speed boat ini cepat, karena memang sudah dijadwalkan, semua perlengkapan keamanan juga udah siap. Kata pak supir speed boatnya, ini kemungkinan air Sungai Karendan sedang turun, jadi nanti ada satu titik dimana kita harus turun dari speed boat, dan speed boat ini harus ditarik melewati riam riam bebatuan. Oh baiklaaaaah.
Dan ternyata, sebelum sampai di lokasi yang diperkirakan air sungainya turun, eh emang udah turun airnya, jadi speed boatnya gak bisa ngebuuuut, karena banyaknya ranting-ranting kayu yang bertonjolan dari dasar sungai, jadi musti hati-hati banget. Bahkan pada satu titik, pak supirnya bilang gini: duh saya gak sanggup ini, saya ngeri kalau baling-baling pecah, sudahlah kalian ganti saja naik ketingting, nanti saya carikan ketingting buat kalian semua. Ealaaaaaaah.
Wah tentu saja ditolak sama ketua rombongan, gak masalah pelan-pelan dan sampai site udah sore, asal sampai. Kalau naik ketingting, perasaan kayak lebih ngeri kan, kapalnya kecil banget gitu dan pengamanannya juga gak ada.

Sepanjang perjalanan, saya menikmati banget, liyat kanan kiri, menikmati angin dan panas dan pemandangan hutan pinggir sungai. Sesekali papasan dengan tongkang pengangkut batu bara atau kayu gelondongan. Melewati rumah-rumah air para penduduk, melihat anak-anak kecil yang lolompatan berenang kesana kemari tanpa takut sama sungai yang dalam. Benar-benar menikmati. Rileks banget. Sampai akhirnya tibalah kita di riam bebatuan yang dimaksud, oh oh memang airnya surut, jadilah speed boat kita gak bisa lanjut, harus ditarik dan minta tolong warga desa setempat.


Kita turun dulu dari speed boat, terus jalan kaki sampai ke suatu titik di mana riam tersebut sudah terlewati. Trus naik lagi deh ke speed boatnya. Dan akhirnya setelah beberapa jam, sampailah kita di lokasi tujuan, sekitar menjelang jam 3 sore. Edun lama banget yah. Tapi alhamdulillah selamat sentosa semua.
Mulai deh kita di site. Woooow saya kagum banget pas sampai site nya, sungguh takjub melihat sebuat power grid di tengah hutan belantara, dengan fasilitas yang alhamdulillah bagus buat para pegawainya. Kami menginap 3 malam di site. Tempat kamarnya cukup unik, yaitu di dalam kontainer, tapi kayak hotel, ada AC, TV kabel, kamar mandi komplit dengan air panas, kulkas, sofa.. alhamdulillah nyaman.
Ngapin sih bu di site nya? gak ngapa-ngapain kok, jalan-jalan doang, hehehehe. Enggalah, banyaklah yang musti dilakuin pas di site, cukup gempor juga saya, padahal ini kombinasi sih, antara masuk hutan dan meeting. Tapi yah setelah sekian lama gak jalan-jalan jauh keluar masuk “hutan”, plus panas pisan, plus umur yang sudah mendekati kepala empat, atuh encok rasanya tiap malam.


Tapi perjalanan semacam ini selalu saya sukuri, karena menambah tabungan memori akan lokasi yang dikunjungi dan juga beberapa tempat diantaranya, dan tentu saja perkenalan silahturami dengan banyak orang baru. Alhamdulillah. Begitulah perjalanan site visit pertama di tahun 2019 ini.
And this is my favorite photo from the site visit, taken during dawn at the nearest village.

Nantikan perjalanan selanjutnya yaaaaa. Soon in syaa allah!